<< KembaliSenin 23 Juli 2012( 03 Ramadhan 1433 H )
JANGAN BERHITUNG DENGAN ALLAH SWT
I. PENDAHULUAN Manusia dikaruniai oleh Allah
SWT akal budi yang
membedakannya dengan
makhluk lain. Kepandaian
menjadi karunia yang sangat
berharga bagi manusia, sehingga kita mampu bertahan
hidup dan bersiasat untuk
menghadapi berbagai kemelut
dan persoalan hidup di dunia.
Keunggulan yang diberikan
Allah SWT lalu membuat manusia mampu menciptakan
deretan angka yang banyak
membantu manusia di dalam
berbagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan
karunia Allah SWT yang
memberikan nilai tambah
kepada manusia didalam
mengelola alam semesta dan
kehidupan dengan melahirkan berbagai disiplin ilmu, yang
menopang kehidupan manusia
di dunia. Dari berbagai ilmu
pengetahuan yang dihasilkan,
penulis hanya akan membahas
tentang angka yang dijadikan
manusia sebagai alat ukur baik
untuk sarana menghitung.
Dari angka, manusia kemudian
menciptakan nilai yang
digunakan untuk mengukur
besar kecil, panjang lebar, jauh
dekat sampai dengan dasar
penilaian terhadap sesuatu.
Ketika manusia mulai mengenal
dan menggunakan angka
sebagai suatu standar ukur,
maka terciptalah nilai besar
dan kecil dalam segala hal.
Imbas dari kepandaian manusia dalam berhitung ternyata juga
termasuk menghitung "Berkat"
yang Allah SWT berikan kepada
manusia.
Akibatnya, manusia
menetapkan nilai, misalnya jika
angka satu dibandingkan
dengan 1000 adalah kecil dan
seterusnya. Lebih parahnya,
manusia juga mengukur berkat yang Allah SWT berikan
menggunakan standar angka
kecil dan besar tersebut.
Banyak diantara kita yang
mengucapkan "Alhamdulillah"
yang bobot imannya berbeda,
manakala satu dengan lainnya
menerima nilai berkat yang
berbeda. Sebagai contoh, ketika A mendapat rejeki
Rp.1000, ia kadang hanya
berguman "kebetulan" hari ini
"hanya" mendapat Rp.1000
atau hari ini kurang beruntung
karena "hanya" mendapat Rp.1000,-. Akan berbeda ketika
ia mendapat berkat
Rp.100.000,-, pernyataan yang
keluar dari mulutnya adalah
lebih ringan dan spontan, yakni
Alhamdullilah rejeki lagi bagus dan ungkapan lainnya, bahkan
teriakannya akan lebih keras
lagi , jika ia mendapatkan
berkat yang lebih besar lagi.
Tulisan ini mengajak kita untuk
merenung, begitukah sikap
kita ketika Allah SWT
menurunkan berkatnya
kepada kita. Yang mengatakan
bahwa Rp.1000,- itu kecil dan Rp.100.000,- itu besar apakah
Allah SWT ? jawabannya bukan,
itu hanya ungkapan kita
sebagai manusia yang
menggunakan tolok ukur
duniawi yang kemudian diterapkan dalam kaitan
hubungan dengan Allah SWT.
II. MENGHITUNG BERKAT DARI ALLAH SWT Bisa dan beranikah kita
menghitung berapa berkat
yang Allah SWT telah berikan
kepada kita sepanjang hidup.
Mudah-mudahan kita dijauhi
dari pemikiran seperti itu.
Jika penulis membayangkan diri
sendiri, rasanya sebutir pasir
diantara hamparan pasir di
padang gurun, masih terlalu
besar, jika dibandingkan
dengan berkat dan kasih sayang Allah SWT kepada
penulis selama ini.
Ingat, kita tidak memiliki
apapun yang bisa
disombongkan di hadapan Allah
SWT, bayangkan jasad yang
terbujur di hadapan kita yang
tak lama kemudian akan menyatu dengan tanah dan
habis ditelan bumi, itulah
sesungguhnya manusia. Tapi
kita sering lupa, kita
menganggap bahwa nilai
Rp.1000,- itu seolah-olah bukan berasal dari Allah SWT,
tapi hanya "Kebetulan", tapi
jika nilai yang dianggap
manusia dapat memuaskan
nafsunya, maka itulah berkat
dari Allah SWT.
Kita sering mengukur kasih
sayang Allah SWT dari sisi
jumlah atau kuantitas, tapi
lupa bahwa Allah SWT, maha
mengetahui, DIA mengetahui
secara tepat apa kebutuhan kita pada saat DIA berikan
berkat itu. Nafsu serakah yang
telah menggelapkan mata hati
kita, sehingga ketika berkat
yang kita dapat tidak sesuai
dengan nafsu itu, maka hal tersebut dianggap bukan adari
Allah SWT.
Manusia cenderung ingin
berlebihan, kita lupa bahwa
kenikmatan hidup diperoleh
ketika kita hidup
berkecukupan. Doa saya
memohon kepada Allah SWT agar senantiasa memberikan
rejeki yang cukup bagi
keluarga, karena saya sadar
jika saya memiliki rejeki yang
berlebihan, mungkin saya akan
jauh dari Allah SWT, menjadi lupa diri dan sebagainya.
Kecukupan memiliki makna
yang sangat mendalam dalam
hubungan dengan Allah SWT,
karena menjadikan diri kita
hanya bergantung dan
berharap kepada NYA, karena kita sadar semua yang kita
miliki berasal dari NYA. Kita
memiliki iman dan keyakinan,
bahwa apa yang kita miliki,
semua hanya titipan belaka,
sehingga berkat sekecil apapun yang kita dapatkan
lalu kita syukuri, semua akan
menjadikan nikmat yang luar
biasa. Sebaliknya apa yang kita
dapatkan dan tidak pernah
kita syukuri, itulah NAFSU.
Saya yakin, semua bermula
dari hal yang kecil. Jika kita
senantiasa ingat mensyukuri
segalanya dari hal terkecil
dalam hidup kita, insya Allah,
Allah SWT akan menambahkan berkatnya. Begitu pula
sebaliknya, jika kita menjadi
manusia yang tidak pernah
bersyukur, apa yang ada pada
kita, akan diambil NYA.
III. MANUSIA WAJIB BERTANGGUNGJAWAB Setiap manusia pasti akan
dimintakan
pertanggungjawabannya di
hadapan Allah SWT. Begitu pula
terhadap berkat yang Allah
SWT berikan kepada kita selama hidup di dunia, akan
dimintai pertanggungjawaban.
Mereka yang diberkati luar
biasa oleh Allah SWT dengan
kekayaan yang berlimpah,
akan dimintai pertanggungjawaban sesuai
dengan apa yang sudah Allah
SWT berikan kepadanya.
Semakin kita diberkati, bukan
hanya semakin besar nikmat
yang kita rasakan tetapi semakin berat pula
pertanggungjawaban yang
dituntut dari kita. Hal ini bukan menakut-nakuti
agar manusia tidak boleh
menjadi kaya. Boleh ! Tapi
dengan syarat agar kita selalu
ingat, bahwa apa yang Allah
SWT berikan dengan segala kelebihannya itu, bukan hanya
untuk diri sendiri. Kita diajar
untuk beramal dan
bersedekah, selalu ingat
kepada kaum dhuafa dan anak
yatim. Kita dituntut untuk menjadikan kekayaan kita
sebagai selimut bagi kaum
miskin, atap bagi kaum
gelandangan dan makanan bagi
orang-orang kelaparan.
Nikmati dan syukuri semua
yang kita rasakan dan
dapatkan karena Allah SWT,
tanpa kecuali, tanpa mengukur
besar atau kecil. Mulailah
menerima apapun yang disediakan Allah SWT dalam
hidup kita dengan penuh
syukur, yakinlah bahwa Allah
SWT memberikan kepada kita
sesuai apa yang kita
butuhkan, tanpa kekurangan tetapi senantiasa
berkecukupan.
Semoga Allah SWT mendengar
doa mereka yang tertawa
akibat kelebihannya dan
menangis karena
kekurangannya dan keduanya
sadar bahwa sesungguhnya Allah SWT sudah menggariskan
takdir kepada setiap manusia,
sesuai dengan kodrat NYA.
Syukurilah itu semua.
Amin,amin,amin ya robbal
alamin
Sumber : pimpinnagawan.blogspot
For feedback/comments :